Kata
Pengantar
Diucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesehatan sampai saat ini. Atas
rahmat-Nya tulisan ini dapat dikerjakan sampai selesai. Disampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun tulisan dengan judul Perkembangan Moral Remaja. Mudah-mudahan para pembaca dapat mengerti isi dari pokok-pokok permasalahan yang disusun. Dan juga bermanfaat
bagi orang tua yang ingin mempelajari lebih dalam tentang Perkembangan Moral anak – anak remaja sekarang, karena
Perkembangan Moral pada remaja pada saat ini sangat penting bagi perkembangan
perilaku para remaja dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapinya.
Penyusun menyadari bahwa makalah masih jauh dari sempurna, dengan rendah hati
kami mohon saran dan kritik yang dapat menyempurnahkan makalah untuk dapat
dipergunakan pada waktu yang akan datang. Sekian.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Masa remaja adalah masa
peralihan dari anak-anak, dimana terjadi
banyak perubahan dalam diri remaja. Perubahan-perubahan itu seperti perubahan
fisik dan psikis yang dapat mempengaruhi perilaku remaja menjadi tidak
seimbang. Oleh karena itu banyak remaja merasa tidak nyaman dengan dirinya dan
orang disekitar.
Dalam tahap ini remaja
mengalami banyak kesulitan, maka diperlukan lingkungan keluarga,
masyarakat serta teman yang dapat
mendukung perkembangan Moral remaja, agar bertumbuh sesuai norma-norma agama
dan norma-norma masyarakat. Salah satu
tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang
diharapkan oleh masyarakat dari padanya dan kemudian mau membentuk perilakunya
agar sesuai dengan harapan tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam
hukuman seperti yang dialami waktu kanak-kanak. Remaja diharapkan dapat
menggantikan peranan moral yang berlaku di masa kanak-kanak dengan prinsip
moral yang berlaku umum dimasyarakat. Remaja harus dapat mengendalikan
perilakunya sendiri yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orangtua dan guru.
Oleh karena itu penulis menulis makalah yang berjudul “Perkembangan Moral
Remaja”, semoga dengan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat luas.
B.
Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Mampu
menjelaskan tentang pengertian moral remaja
2.
Mampu
menjelaskan tentang ciri-ciri perkembangan moral remaja
3.
Mampu
menjelaskan tentang tahap-tahap perkembangan moral remaja
4.
Mampu
menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja
5.
Menjelaskan isu
atau permasalahan moral remaja
BAB II
Pembahasan
masalah
A.
Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari bahasa Latin “MOS” (Moris) yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan, atau nilai-nilai atau tata cara
kehidupan. Serta arti moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan
peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.
Moral merupakan kondisi pikiran,
peraturan, uacapan dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai baik dan
buruk.
Nilai-nilai moral itu seperti :
Ø Seruan untuk berbuat
baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keaman ,memelihara
kebersihan, dan memlihara hak orang lain serta larangan mencuri, berzinah,
membunuh, meminum minuman keras, dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan
bermoral apabila tingkah laku tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas-tugas penting yang harus
dikuasi oleh remaja adalah mempelajar apa yang diharpkan oleh masyarakat dan
kemudian mau membentuk prilaku agar sesuai dengan harpan sosial tanpa harus
dibimbing, diawasi, didorong untuk menyadari dan mengembangkan perilaku moral.
Ada
3 tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas, yaitu :
1. Menganti
konsep moral khusus dengan konsep moral umun
2.
Merumuskan konsep moral
yang baru dikembangkan kedalam kode moral sebagai kode perilaku.
3.
Melakukan pengendalian
terhadap perilaku sendiri.
Arti Perilaku
Moral
Perilaku moral berarti perilaku
yang sesuai dengan kaidah moral kelompok sosial. Moral berasal dari
bahasa latin “ Mores “ yaitu tatacara, kebiasaan dan adat .
Perilaku
moral dikendalikan oleh :
- Konsep
– konsep moral
- Peraturan
perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Pola
perilaku diharapkan yang menentukan dari seluruh anggota kelompok .
Ada
3 Macam Perilaku :
Ø Perilaku
Tak Bermoral
Perilaku yang tidak sesuai dengan
harapan sosial . Penyebabnya adalah ketidak setujuan dengan standar sosial atau
kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri bukan karena ketidakacuhan .
Ø Perilaku
Amoral
Perilaku Amoral disebabkan oleh
ketidakacuhan terhadap harapan kelompok sosial . Perilaku amoral sering kali
dilakukan oleh anak kecil .
Ø Perilaku
Moralitas
Perilaku moralitas dilakukan atau
dilaksanakan secara sukarela muncul bersamaan dengan peralihan kekuasaan
eksternal ke internal . Perilaku Moralitas terdiri atas tingkahlaku yang diatur
dari dalam yang disertai rasa tanggung jawab.
Perkembangan
moral (moral
development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai
apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain.
Anak-`anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi di dalam
dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu melalui
pengalaman berinteraksi dengan orang lain ( orang tua, saudara, teman sebaya,
guru, dan masyarakat), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik,
yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk dan yang tidak boleh
dilakukan. Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan oleh Kohlberg pada tahun
1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya
dengan judul The
Developmental of Model of Moral Think and Choice in the Years 10 to 16,
seperti tertuang dalam buku tentang perkembangan moral (1995), tahap-tahap
perkembangan moral dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tingkah pra konvensional
Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan
terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah.
Akan tetapi hal ini semata-mata ditafsirkan
dari segi sebab dan akibat fisik atau kenikmatan perbuatan ( hukuaman,
keuntungan, pertukaran dan kebaikan). Tingkatan ini dapat dibagi menjadi dua
tahap, yaitu :
Ø Orientasi hukuman dan
kepatuhan
Akibat-akibat
fisik suatu perbuatan menentukan baik buruknya, tanpa menghiraukan arti dan nilai
manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata menghindarkan hukuman
dan tunduk pada kekuasaan tanpa mempersoalkan. Jika ia berbuat baik hal itu
karena anak menilai tindakan-tindakan sebagai hal yang bernilai dalam dirinya
sendiri dan bukan karena rasa hormat terhadap tatanan moral yang melandasi dan
yang didukung oleh hukaman dan otoritas.
Ø Orientasi relativis-instrumental.
Perbuatan
yang benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau alat untuk memuaskan
kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan
antar manusia dipandang seperti hubungan di pasar(jual-beli). Terdapat elmen
kewajaran tindakan yang bersifat resiprositas( timbal balik) dan pembagian sama
rata, tetapi ditapsirkan secara fisik dan pragmatis. Timbal balik ini merupakan
tercermin dalam bentuk: “ jika engkau menggaruk punggungku, nanti aku akan
menggaruk punggungmu”. Jadi perbuatan baik tidaklah didasarkan karena
loyalitas, terima kasih ataupun keadilan.
2. Tingkat
konvensialonal
Pada
tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau
bangsa. Anak yang memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri,
tampah mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Sikapnya pun bukan hanya konfornitasi terhadap
harapan pribadi dan tata tertib sosial, melainkan juga setia terhadapnya dan
secara aktif mempertahankan, mendukung dan membenarkan seluruh tata-tertib atau
norma-norma tersebut serta mengidentifikasikan diri dengan orang tua atau
kelompok yang terlibat didalamnya. Tingkatan ini memiliki 2 tahap yaitu :
Ø Tahap orientasi
kesepakatan antara pribadi atau
orientasi “anak manis”. Perilaku yang baik adalah
perilaku yang menyenangkan dan membantu orang lain serta yang disetujui oleh
mereka. Pada tahap ini terdapat banyak konfornitas terhadap gambaran stereotip
mengenai apa itu perilaku mayoritas atau “alamia”. Perilaku sering dinilai
menurut niatnya, ungkapan “dia bermaksud baik” untuk pertama kalinya menjadi
pednting. Orang mendapatkan persetujuan dengan menjadi “baik”.
Ø Orientasi
hukuman
dan ketertiban
terdapat orientasi terhadap otoritas,,
aturan yang tetap dan penjagaan tata tertib / norm-noma sosial. Perilaku yang
baik adalah semata-mata melakukan kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan
menjaga tata tertib sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya
sendiri.
3.
Tingkat
pasca-onvensional (otonom/berdasarkan prinsip). Pada
tingkat ini terdapat usaha yang jnelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip
moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas
kelompok atau orang yan\g berpegangan pada prinsip-prinsip itu dan terlepas
pula dari indentifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut. Ada 2 tahap
pada tingkatan ini yaitu :
Ø Orientasi kontrak
sosial legalitas
Pada umumnya tahap ini amat bernada semangat
utilitarian. Perbuatan yanng baik cenderung
dirumuskan dalam kerangka hak dan kekurangan individual umum yang telah di uji
secara kritis dan telah disepakati oleh seluruh masyarakat.Terdapat
relativit nilai,dan pendapat pribadi
sesuai dengannya. Terlepas dari apa yang telah di sepakat secara konstitusional
dan demokratis, hak adalah “ nilai”dan “pendapat” pribadi. Hasilnya adalah
penekanan pada sudut pandangan legal, tetapi dengan penekanan pada kemungkinan
untuk mengubah hokum berdasarkan pertimbangan rasional mengenai manfaat
orintasi ini. Di luar bidang hukum yang disepakati, maka berlaku persetujuan
bebas atau kontrak. Inilah moralitas resmi yang berlaku di masyarakat pada
umumnya.
B. CIRI – CIRI
PERKEMBANGAN MORAL REMAJA
Ciri-ciri perkembangan moral
akan lebih nampak ketika perubahan fisik remaja yang sangat pesat pada tahap
perkembangan ini. Ciri-ciri tersebut kami uraikan sebagai berikut :
a.
Meningkatnya kemampuan
kognitif dari berpikir kongkrit menjadi kemampuan berpikir abstrak./formal.
Peningkatan kemampuan berpikir berkaitan
dengan peningkatan kemampuan bertingkah laku moral. Dengan dicapainya kemampuan
berpikir abstrak, kemampuan pemahaman terhadap moralnya meningkat.
b. Remaja
memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan itu dibuat atas asas
persetujuan semua orang yang bersifat ideal.
Michel
(dalam Elida Prayitno: 1992) mencatat ada tiga perubahan yang penting dalam
perkembangan moral selama masa remaja, yaitu:
1.
Remaja menyadari bahwa
yang disebut benar atau salah itu adalah atas pertimbangan
keadilan
atau kebijaksanaan, bukan atas kemauan orang yang berkuasa.
2.
Remaja paham tentang
peraturan moral atau agama dan sosial karena telah diperolehnya kemampuan
memahami sesuatu dari sudut pandangan tertentu, sehingga remaja mengerti bahwa
moral relatif tidak absolut.
3.
Remaja mengalami
konflik tingkah laku moral dengan pikiran moral. Tingkah laku moral adalah
tingkah laku yang ditampilkan sesuai dengan kriteria moral, sedangkan pikiran
moral dan pandangan moral adalah pendapat atau pertimbangan seseorang tentang
persoalan moral.
Masa remaja berlangsung dari umur 12/13 sampai dengan umur 19/20. Kami
menguraikan dua periode yang merupakan proses masa remaja berlangsung dan
berkembangnya moral remaja sebagai berikut :
a.
Pada Usia SMP
Masa remaja adalah periode dimana
seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot
Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri
dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan
mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja tidak
lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan
pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan
pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara
kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di
luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa
ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.
Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia
terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral
(moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya
kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan
kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan
merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang
seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan
atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil
pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi
itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia
sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi
itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan
menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini
lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan
jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai
yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat
besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis,
apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai
tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah
besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh
putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu
jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih
yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan
bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan
mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa
menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan
atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua
mungkin akan mulai menajam.
b. Pada
Usia SMA
Karakteristik yang menonjol dalam
perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan
kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai
mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masala-masalah yang bersifat
hipotetis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya
terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang
menjadi dasar hidup mereka (Gunarsa,1988).
Perkembangan pemikiran moral remaja
dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan
dan pranata yang ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum
mampu mempertanggung jawabkannya secara pribadi (Monks, 1988). Perkembangan
moral remaja yang demikian, jika meminjam teori perkembangan moral dari
Kohlberg berarti sudah mencapai tahap konvensioanl. Pada akhir masa remaja
seseorang akan memasuki tahap perkembangan pemikiran moral yang disebut tahap
pascakonvensional ketika orisinilitas pemikiran moral remaja sudah semakin
jelas. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak
tergantung lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional.
Melalui pengalaman atau berinteraksi
social dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat
moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka
sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas,
seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan.
Pada masa ini muncul dorongan untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja
berprilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis
(rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain
tentang perbuatannya).
Dikaitkan dengan perkembangan moral dari
Lawrence Kohlberg, menurut Kusdwirarti Setiono (Fuad Noshori, Suara
Pembaharuan, 7 Maret 1997) pada umunya remaja berada dalam tingkatan
konvensional, atau berada dalam tahap ketiga (berprilaku sesuai dengan tuntutan
dan harapan kelompok), dan keempat (loyalitas terhadap norma atau peratutan
yang berlaku dan diyakininya).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Kusmara (Mahasiswa PPB FIP IKIP Bandung) terhadap siswa kelas II SMA
Negeri 22 Bandung pada tahun 1995 ditemukan bahwa tingkatan moral mereka itu
bersifat menyebar, yaitu pada tingkat pra-konvensional (14%), konvensional
(38%), dan pasca-konvensional (48%). Jumlah para siswa yang menjadi responden
penelitiannya sebanyak 120 orang.
Dengan masih adanya siswa SMU (remaja)
pada tingkat pra-konvensional atau konvensional, maka tidaklah heran apabila
diantara remaja masih banyak yang melakukan dekadensi moral atau pelecehan
nilai-nilai seperti tawuran, tindak criminal, meminum minuman keras, dan
hubungan seks di luar nikah.
Remaja berprestasi dan tawuran adalah
dua hal berbeda yang merupakan cerminan moral yang dianut remaja.
Keragaman tingkat moral remaja disebabkan
oleh faktor penentunya yang
beragam juga. Salah satu factor penentu atau yang mempengaruhi perkembangan
moral remaja itu adalah orangtua. Manurut Adamm dan Gullotta (183: 172-173)
terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orangtua mempengaruhi
nilai remaja, yaitu sebagai berikut :
1.
Terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orangtua (Haan, Langer & Kohlberg, 1976).
2.
Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor
yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu yang anaknya
nakal, dan remaja yang tidak nakal mempunyai skor lebih tinggi dalam kemampuan
nalar moralnya daripada remaja yang nakal (Hudgins & Prentice, 1973).
3.
Terdapat dua factor
yang dapat meningkatkan perkembangan
moral anak atau remaja , yaitu :
a.
Orangtua yang mendorong
anak untuk berdiskusi secara demokratik dan
terbuka
mengenai berbagai isu, dan
b.
Orangtua yang
menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berpikir induktif (Parikh, 1980).
Implikasi
Perkembangan Moral dalam Pendidikan
Para
remaja sering bersikap kritis, menentang nilai-nilai dan dasar hidup orang tua
dan orang dewasa lainnya. Akan tetapi mereka tetap menginginkan suatu sistem
nilai yang akan menjadi pegangan dan petunjuk bagi perilaku mereka. Untuk
remaja, moral merupakan suatu kebutuhan untuk menumbuhkan identitas dirinya
menuju kepribadian yang matang dan menghindarkan diri dari konflik yang sering
terjadi. Nilai agama juga perlu mendapat perhatian, karena agama juga
mengajarkan tingkah laku yang baik dan buruk.
Apa yang terjadi di dalam diri pribadi seseorang
hanya dapat diketahui dengan cara mempelajari gejala dan tingkah laku seseorang
tresebut atau membandingkannya dengan gejala serta tingkah laku orang lain.
Tidak semua individu mencapai tingkat perkembangan moral seperti yang
diharapkan. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai,
moral, dan sikap remaja adalah :
a. Menciptakan komunikasi
Dalam
komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral seperti :
o Merangsang
anak agar lebih aktif dalam tanggung jawab dan penentuan keputusan kelompok.
o Mengikutsertakan remaja dalam beberapa
pembicaraan dan pengambilan keputusan keluarga maupun kelompok sebaya.
o Memberi
kesempatan remaja berpartisipasi untuk mengembangkan aspek moral.
c.
Menciptakan iklim
lingkungan yang serasi
d. Usaha
pengembangan tingkah laku nilai hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan
pendekatan-pendekatan intelektual semata, tetapi juga mengutamakan adanya
lingkungan yang kondusif di mana faktor-faktor lingkungan itu merupakan
penjelmaan nyata dari nilai-nilai hidup tersebut.
C.
FAKTOR
– FAKTOR PENYEBAB RUSAKNYA MORAL REMAJA DAN SOLUSINYA
Rusaknya
moral remaja sangat banyak faktornya,
faktornya
antara lain :
- Masuknya
Budaya Asing
Masuknya budaya asing yang begitu
mudahnya tanpa ada upaya pencegahan yang serius dari pemerintah banyak
mengakibatkan banyaknya hal – hal negatif atau budaya negatif yang masuk ke
negaraini dan cenderung merugikan karena telah merusak moral remaja.
Contoh : Berpakaian yang tidak wajar.
- Kemajuan Teknologi
Dampak kemajuan teknologi memang dapat
memberikan dampak positif jika digunakan dengan benar namun disisi lain juga
dapat menyebabkan dampak negatif bagi
kerusakan moral remaja . Perkembangan internet dan ponsel yang berteknologi
tinggi sangat berbahaya bila digunakan dengan keliru.
Contoh : Untuk melihat hal-hal porno, Pengaruh dunia Modeling.
- Pengaruh Lingungan
Kondisi
lingkungan seperti lingkungan rumah atau masyarakat , sekolah dan sebagainya
juga dapat memberikan dampak rusaknya moral .
Contoh
:
ü Lingkungan
rumah atau masyarakat : mabuk-mabukan
ü Lingkungan
sekolah : membolos , tawuran , drak , mabuk
ü Lingkungan
Keluarga : broken home
- Pudarnya Keimanan
Sekuat
apapun iman seseorang terkadang mengalami naik turun . Ketika tingkat keimanan
seseorang menurun, potensi kesalahan terbuka.
Contoh : para pejabat memiliki landasan
agama yang baik , maka apa berani dia memakan uang rakyat ( korupsi ).
Solusi Menangani
Rusaknya Moral Remaja
- Hindari Salah
dalam bergaul ( Pandai – pandai memilih teman )
Karena pergaulan sangat berpengaruh terhadap
etika, moral dan akhlak . Dari hal tersebut kepribadian manusia akan
terpengaruhi . Seperti jika orang
bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan menjadi baik begitu sebaliknya
jika begaul dengan lingkungan yang rusak makan akan menjadi rusak .
- Peran Orang tua
Peran orangtua sangat penting dalam
pembentukan karakter seseorang .
Terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak kecil dan memberi perhatian . Karena kurangnya
perhatian orangtua juga dapat memberi dampak buruk terhadap sikap anak .
- Memperluas Wawasan
dan Pengetahuan
Hal ini
sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan , contoh :
kebiasaan merokok . Dilihat dari sisi kesehatan kebiasaan merokok dapat
menyebabkan banyak penyakit , baik perokok aktif atau pasif. Sehingga dampaknya
tidak hanya mempengaruhi diri sendiri namun bisa mempengaruhi oranglain .
- Meningkatkan Iman
dan Taqwa
Hal ini dapat kita dilakukan dengan cara
bersyukur, bersabar, berbagi
kebaikan terhadap sesama, mendekatkan diri kepada Tuhan dengan kesadaran dari dalam diri.
D. ISU ATAU
PERMASALAHAN PERKEMBANGAN MORAL REMAJA
Berikut di bawah ini adalah beberapa contoh dari
penyimpangan –peyimpangan moral pada remaja yang sering terjadi :
1.
Perkosaan
Perkosaan
adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh seorang
laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai melanggar menurut
moral dan hukum dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan hukum
(Wignjosoebroto, 1997).
2. Tawuran
Kekerasan
dengan cara tawuran sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif
yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa
seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis,
premanis, dan rimbanis.
3.
Pergaulan Bebas
Dewasa ini pergaulan
bebas yang mengarah pada perilaku sex pra nikah (berkencan, berpegangan tangan,
mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju,
memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang
alat kelamin di bawah celana, dan melakukan senggama) sudah menjadi sesuatu
yang biasa, padahal hal tersebut tidak boleh terjadi (Samino, 2012).
4.
Penggunaan Narkoba
Pengguna
narkoba biasanya dimulai dengan coba-coba yang bertujuan sekedar memenuhi rasa
ingin tahu remaja, namun sering keinginan untuk mencoba ini menjadi tingkat
ketergantungan. Tingkat pengguna narkoba sendiri dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. pemakai
coba-coba, pemakaian sosial (hanya untuk bersenang-senang)
b. pemakaian
situasional (pemakaian pada saat tegang, sedih, kecewa dan lain-lain), c. penyalahgunaan
(pengunaan yang sudah bersifat patologis)
5.
Mabuk-mabukan
Pergaulan
remaja juga berpotensi menimbulkan keresahan sosial karena tidak sedikit
para remaja yang terlibat pergaulan negatif mabuk-mabukan ( meminum minuman keras ).
6.
Mencontek
Menyontek merupakan tindak kecurangan dalam tes, melalui pemanfaatan
informasi yang berasal dari luar secara tidak sah (Sujana dan Wulan, 1994).
7.
Membolos
Membolos
sekolah adalah perbuatan yang menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang
bermanfaat (Mahmudi, 2014)
BAB III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Rusaknya perkembangan moral
pada remaja saat ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan . Istilah moral berasal dari bahasa latin
“MOS” (Moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan, atau
nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Serta arti moralitas merupakan kemauan
untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip
moral. Rusaknya perkembangan moral pada
remaja sangat dipengaruhi oleh banyak faktor . Faktor – faktor yang
pempengaruhi antara lain munculnya budaya asing di Indonesia , kemajuan
teknologi , pengaruh lingungkan sekitar
, dan pudarnya keimanan. Rusaknya moral
perkemangan remaja dapat ditangani dengan berbagai solusi sebagai berikut
hindari salah dalam bergaul , peran dari orangtua atau keluarga , memperluas
wawasan dan pengetahuan , dan meningkatkan iman .
Didalam perkembangan remaja
terdapat karakteristik atau ciri – ciri yang dapat kita ketahui .Karakterisitik
pada perkembangan remaja antaralain meningkatnya kemampuan kognitif dari
berpikir kongkrit menjadi kemampuan berpikir abstrak/formal, peningkatan
kemampuan berpikir berkaitan dengan peningkatan kemampuan bertingkah laku moral
, remaja memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan itu dibuat atas
asas persetujuan semua orang yang bersifat ideal yaitu ada 3 yang 1 remaja
menyadari bahwa yang disebut benar atau salah itu , yang ke 2 remaja paham
tentang peraturan moral atau agama dan sosial , yang ke 3 remaja mengalami
konflik tingkah laku moral dengan pikiran moral.
B.
Saran dan Kritik
I.
Saran
Untuk
dapat mempermudah pemahaman pembaca terhadap materi perkembangan moral ini, pembaca dapat mencari beberapa informasi
lain mengenai perkembangan peserta didik dari beberapa sumber kemudian dapat
dibandingkan dengan makalah ini.
II.
Kritik
Demi
kesempurnaan makalah ini, kami berharap para pembaca makalah bisa memberikan kritikan agar kami dapat
lebih baik lagi untuk membuat makalah Perkembangan Moral Remaja .
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Remaja dan Masalah – Masalahnya , Prof . Dr . Soerjono Soekanto, S.H. M.A
2.
Teori-teori Perkembangan,
Konsep dan Aplikasi, Wilian Crain,
Edisi ketiga,
Sumber :
http://kontesblogmuslim.com/karya-kbm3-penyimpangan-moral-remaja-penyebab-dan-solusinya/
http://www.dakwatuna.com/2014/02/20/46558/2014-adalah-tahun-penyelamatan-pengguna-narkoba/#ixzz3LOHEU2f7
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/10/13/ndddjo-angka-perkosaan-cenderung-meningkat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar, saran dan kritik saudara/i yang sangat bermakna. Tuhan memberkati anda