Sabtu, 19 Maret 2016

PERKEMBANGAN MORAL REMAJA

Kata Pengantar
Diucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan  kesehatan sampai  saat ini.  Atas rahmat-Nya tulisan ini dapat  dikerjakan sampai selesai.  Disampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun tulisan dengan judul Perkembangan Moral Remaja. Mudah-mudahan para pembaca dapat mengerti isi dari pokok-pokok permasalahan yang  disusun. Dan juga bermanfaat bagi orang tua yang ingin mempelajari lebih dalam tentang Perkembangan Moral  anak – anak remaja sekarang, karena Perkembangan Moral pada remaja pada saat ini sangat penting bagi perkembangan perilaku para remaja dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapinya.
Penyusun menyadari bahwa makalah masih jauh dari sempurna, dengan rendah hati kami mohon saran dan kritik yang dapat menyempurnahkan makalah untuk dapat dipergunakan pada waktu yang akan datang. Sekian.             









                                                                                           

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Masa remaja adalah masa peralihan  dari anak-anak, dimana terjadi banyak perubahan dalam diri remaja. Perubahan-perubahan itu seperti perubahan fisik dan psikis yang dapat mempengaruhi perilaku remaja menjadi tidak seimbang. Oleh karena itu banyak remaja merasa tidak nyaman dengan dirinya dan orang disekitar.
Dalam tahap ini remaja mengalami banyak kesulitan, maka diperlukan lingkungan keluarga, masyarakat  serta teman yang dapat mendukung perkembangan Moral remaja, agar bertumbuh sesuai norma-norma agama dan norma-norma  masyarakat. Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat dari padanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu kanak-kanak. Remaja diharapkan dapat menggantikan peranan moral yang berlaku di masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dimasyarakat. Remaja harus dapat mengendalikan perilakunya sendiri yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orangtua dan guru. Oleh karena itu penulis menulis makalah yang berjudul “Perkembangan Moral Remaja”, semoga dengan  makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat luas.
B.     Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Mampu menjelaskan tentang pengertian moral remaja
2.      Mampu menjelaskan tentang ciri-ciri perkembangan moral remaja
3.      Mampu menjelaskan tentang tahap-tahap perkembangan moral remaja
4.      Mampu menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja
5.      Menjelaskan isu atau permasalahan moral remaja



BAB II
Pembahasan masalah
A.    Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari bahasa Latin “MOS” (Moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan, atau nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Serta arti moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.  
Moral merupakan kondisi pikiran, peraturan, uacapan dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai baik dan buruk.                      
 Nilai-nilai moral itu seperti :    
Ø  Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keaman ,memelihara kebersihan, dan memlihara hak orang lain serta larangan mencuri, berzinah, membunuh, meminum minuman keras, dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas-tugas penting yang harus dikuasi oleh remaja adalah mempelajar apa yang diharpkan oleh masyarakat dan kemudian mau membentuk prilaku agar sesuai dengan harpan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong untuk menyadari dan mengembangkan perilaku moral.   
Ada 3 tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas, yaitu :                                
1.   Menganti konsep moral khusus dengan konsep moral umun                                    
2.   Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan kedalam kode moral sebagai kode  perilaku.                                                                                                                
3.   Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.                
Arti Perilaku Moral
Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kaidah moral kelompok sosial. Moral berasal dari bahasa latin “ Mores “ yaitu tatacara, kebiasaan dan adat .
 Perilaku moral dikendalikan oleh :
  1. Konsep – konsep moral
  2. Peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Pola perilaku diharapkan yang menentukan dari seluruh anggota kelompok .
Ada 3 Macam Perilaku :
Ø  Perilaku Tak  Bermoral
Perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial . Penyebabnya adalah ketidak setujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri bukan karena ketidakacuhan .
Ø  Perilaku Amoral
Perilaku Amoral disebabkan oleh ketidakacuhan terhadap harapan kelompok sosial . Perilaku amoral sering kali dilakukan oleh anak kecil .
Ø  Perilaku Moralitas
Perilaku moralitas dilakukan atau dilaksanakan secara sukarela muncul bersamaan dengan peralihan kekuasaan eksternal ke internal . Perilaku Moralitas terdiri atas tingkahlaku yang diatur dari dalam yang disertai rasa tanggung jawab.                             
Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-`anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi di dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain ( orang tua, saudara, teman sebaya, guru, dan masyarakat), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk dan yang tidak boleh dilakukan. Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan oleh Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya  dengan judul The Developmental of Model of Moral Think and Choice in the Years 10 to 16, seperti tertuang dalam buku tentang perkembangan moral (1995), tahap-tahap perkembangan moral dapat dibagi sebagai berikut:                 
                                                                                              
1.      Tingkah pra konvensional
Pada tingkat ini anak  tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi hal ini semata-mata ditafsirkan dari segi sebab dan akibat fisik atau kenikmatan perbuatan ( hukuaman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan). Tingkatan ini dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu :                                                                                                               
Ø  Orientasi hukuman dan kepatuhan                                                                                   Akibat-akibat fisik suatu perbuatan menentukan baik buruknya, tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata menghindarkan hukuman dan tunduk pada kekuasaan tanpa mempersoalkan. Jika ia berbuat baik hal itu karena anak menilai tindakan-tindakan sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri dan bukan karena rasa hormat terhadap tatanan moral yang melandasi dan yang didukung oleh hukaman dan otoritas.                                                                    
Ø  Orientasi relativis-instrumental.                                                                                    Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di pasar(jual-beli). Terdapat elmen kewajaran tindakan yang bersifat resiprositas( timbal balik) dan pembagian sama rata, tetapi ditapsirkan secara fisik dan pragmatis. Timbal balik ini merupakan tercermin dalam bentuk: “ jika engkau menggaruk punggungku, nanti aku akan menggaruk punggungmu”. Jadi perbuatan baik tidaklah didasarkan karena loyalitas, terima kasih ataupun keadilan.      

2.      Tingkat konvensialonal                                                                                                 
 Pada tingkat ini anak hanya  menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa. Anak yang memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tampah mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Sikapnya pun  bukan hanya konfornitasi terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, melainkan juga setia terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung dan membenarkan seluruh tata-tertib atau norma-norma tersebut serta mengidentifikasikan diri dengan orang tua atau kelompok yang terlibat didalamnya. Tingkatan ini memiliki 2 tahap yaitu :                                 
Ø  Tahap orientasi kesepakatan antara  pribadi atau orientasi “anak manis”.                    Perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan dan membantu orang lain serta yang disetujui oleh mereka. Pada tahap ini terdapat banyak konfornitas terhadap gambaran stereotip mengenai apa itu perilaku mayoritas atau “alamia”. Perilaku sering dinilai menurut niatnya, ungkapan “dia bermaksud baik” untuk pertama kalinya menjadi pednting. Orang mendapatkan persetujuan dengan menjadi “baik”.                  
Ø  Orientasi hukuman dan ketertiban                                                                                terdapat orientasi terhadap otoritas,, aturan yang tetap dan penjagaan tata tertib / norm-noma sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata melakukan kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata tertib sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya sendiri.                                                                                         
3.      Tingkat pasca-onvensional (otonom/berdasarkan prinsip).                                         Pada tingkat ini terdapat usaha yang jnelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yan\g berpegangan pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari indentifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut. Ada 2 tahap pada tingkatan ini yaitu :
Ø  Orientasi kontrak sosial legalitas                                                            
 Pada umumnya tahap ini amat bernada semangat utilitarian. Perbuatan yanng baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan kekurangan individual umum yang telah di uji secara kritis dan telah disepakati oleh seluruh masyarakat.Terdapat relativit  nilai,dan pendapat pribadi sesuai dengannya. Terlepas dari apa yang telah di sepakat secara konstitusional dan demokratis, hak adalah “ nilai”dan “pendapat” pribadi. Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandangan legal, tetapi dengan penekanan pada kemungkinan untuk mengubah hokum berdasarkan pertimbangan rasional mengenai manfaat orintasi ini. Di luar bidang hukum yang disepakati, maka berlaku persetujuan bebas atau kontrak. Inilah moralitas resmi yang berlaku di masyarakat pada umumnya.





B.     CIRI – CIRI PERKEMBANGAN MORAL REMAJA

Ciri-ciri perkembangan moral akan lebih nampak ketika perubahan fisik remaja yang sangat pesat pada tahap perkembangan ini. Ciri-ciri tersebut kami uraikan sebagai berikut :

a.       Meningkatnya kemampuan kognitif dari berpikir kongkrit menjadi kemampuan berpikir abstrak./formal.
Peningkatan kemampuan berpikir berkaitan dengan peningkatan kemampuan bertingkah laku moral. Dengan dicapainya kemampuan berpikir abstrak, kemampuan pemahaman terhadap moralnya meningkat.
b.      Remaja memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan itu dibuat atas asas persetujuan semua orang yang bersifat ideal.
Michel (dalam Elida Prayitno: 1992) mencatat ada tiga perubahan yang penting dalam perkembangan moral selama masa remaja, yaitu:
1.      Remaja menyadari bahwa yang disebut benar atau salah itu adalah atas pertimbangan  
keadilan atau kebijaksanaan, bukan atas kemauan orang yang berkuasa.
2.      Remaja paham tentang peraturan moral atau agama dan sosial karena telah diperolehnya kemampuan memahami sesuatu dari sudut pandangan tertentu, sehingga remaja mengerti bahwa moral relatif tidak absolut.
3.      Remaja mengalami konflik tingkah laku moral dengan pikiran moral. Tingkah laku moral adalah tingkah laku yang ditampilkan sesuai dengan kriteria moral, sedangkan pikiran moral dan pandangan moral adalah pendapat atau pertimbangan seseorang tentang persoalan moral.

Masa remaja berlangsung dari umur 12/13 sampai dengan umur 19/20. Kami menguraikan dua periode yang merupakan proses masa remaja berlangsung dan berkembangnya moral remaja sebagai berikut :





a.       Pada Usia SMP
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
b.      Pada Usia SMA
Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masala-masalah yang bersifat hipotetis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka (Gunarsa,1988).
Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu mempertanggung jawabkannya secara pribadi (Monks, 1988). Perkembangan moral remaja yang demikian, jika meminjam teori perkembangan moral dari Kohlberg berarti sudah mencapai tahap konvensioanl. Pada akhir masa remaja seseorang akan memasuki tahap perkembangan pemikiran moral yang disebut tahap pascakonvensional ketika orisinilitas pemikiran moral remaja sudah semakin jelas. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak tergantung lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional.
Melalui pengalaman atau berinteraksi social dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan.


Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berprilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).
Dikaitkan dengan perkembangan moral dari Lawrence Kohlberg, menurut Kusdwirarti Setiono (Fuad Noshori, Suara Pembaharuan, 7 Maret 1997) pada umunya remaja berada dalam tingkatan konvensional, atau berada dalam tahap ketiga (berprilaku sesuai dengan tuntutan dan harapan kelompok), dan keempat (loyalitas terhadap norma atau peratutan yang berlaku dan diyakininya).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusmara (Mahasiswa PPB FIP IKIP Bandung) terhadap siswa kelas II SMA Negeri 22 Bandung pada tahun 1995 ditemukan bahwa tingkatan moral mereka itu bersifat menyebar, yaitu pada tingkat pra-konvensional (14%), konvensional (38%), dan pasca-konvensional (48%). Jumlah para siswa yang menjadi responden penelitiannya sebanyak 120 orang.
Dengan masih adanya siswa SMU (remaja) pada tingkat pra-konvensional atau konvensional, maka tidaklah heran apabila diantara remaja masih banyak yang melakukan dekadensi moral atau pelecehan nilai-nilai seperti tawuran, tindak criminal, meminum minuman keras, dan hubungan seks di luar nikah.
Remaja berprestasi dan tawuran adalah dua hal berbeda yang merupakan cerminan moral yang dianut remaja.
Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh faktor penentunya yang beragam juga. Salah satu factor penentu atau yang mempengaruhi perkembangan moral remaja itu adalah orangtua. Manurut Adamm dan Gullotta (183: 172-173) terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orangtua mempengaruhi nilai remaja, yaitu sebagai berikut :
1.            Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orangtua  (Haan, Langer & Kohlberg, 1976).
2.             Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu yang anaknya nakal, dan remaja yang tidak nakal mempunyai skor lebih tinggi dalam kemampuan nalar moralnya daripada remaja yang nakal (Hudgins & Prentice, 1973).
3.            Terdapat dua factor yang  dapat meningkatkan perkembangan moral anak atau remaja , yaitu :

a.       Orangtua yang mendorong anak untuk berdiskusi secara demokratik dan  
      terbuka mengenai berbagai isu, dan
b.      Orangtua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berpikir induktif  (Parikh, 1980).
Implikasi Perkembangan Moral dalam Pendidikan
Para remaja sering bersikap kritis, menentang nilai-nilai dan dasar hidup orang tua dan orang dewasa lainnya. Akan tetapi mereka tetap menginginkan suatu sistem nilai yang akan menjadi pegangan dan petunjuk bagi perilaku mereka. Untuk remaja, moral merupakan suatu kebutuhan untuk menumbuhkan identitas dirinya menuju kepribadian yang matang dan menghindarkan diri dari konflik yang sering terjadi. Nilai agama juga perlu mendapat perhatian, karena agama juga mengajarkan tingkah laku yang baik dan buruk.
Apa  yang terjadi di dalam diri pribadi seseorang hanya dapat diketahui dengan cara mempelajari gejala dan tingkah laku seseorang tresebut atau membandingkannya dengan gejala serta tingkah laku orang lain. Tidak semua individu mencapai tingkat perkembangan moral seperti yang diharapkan. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral, dan sikap remaja adalah :
a.   Menciptakan komunikasi
Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral seperti :
o   Merangsang anak agar lebih aktif dalam tanggung jawab dan penentuan keputusan kelompok.
o    Mengikutsertakan remaja dalam beberapa pembicaraan dan pengambilan keputusan keluarga maupun kelompok sebaya.
o   Memberi kesempatan remaja berpartisipasi untuk mengembangkan aspek moral.
c.       Menciptakan iklim lingkungan yang serasi
d.      Usaha pengembangan tingkah laku nilai hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan pendekatan-pendekatan intelektual semata, tetapi juga mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif di mana faktor-faktor lingkungan itu merupakan penjelmaan nyata dari nilai-nilai hidup tersebut.

C.    FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB RUSAKNYA MORAL REMAJA DAN SOLUSINYA

Rusaknya moral remaja sangat banyak faktornya, faktornya antara lain :
  1. Masuknya Budaya Asing
Masuknya budaya asing yang begitu mudahnya tanpa ada upaya pencegahan yang serius dari pemerintah banyak mengakibatkan banyaknya hal – hal negatif atau budaya negatif yang masuk ke negaraini dan cenderung merugikan karena telah merusak moral remaja.
Contoh : Berpakaian yang tidak wajar.
  1. Kemajuan Teknologi
Dampak kemajuan teknologi memang dapat memberikan dampak positif jika digunakan dengan benar namun disisi lain juga dapat menyebabkan dampak negatif  bagi kerusakan moral remaja . Perkembangan internet dan ponsel yang berteknologi tinggi sangat berbahaya bila digunakan dengan keliru.
Contoh : Untuk melihat hal-hal porno, Pengaruh dunia Modeling.
  1. Pengaruh Lingungan
Kondisi lingkungan seperti lingkungan rumah atau masyarakat , sekolah dan sebagainya juga dapat memberikan dampak rusaknya moral .
Contoh :
ü  Lingkungan rumah atau masyarakat : mabuk-mabukan
ü  Lingkungan sekolah : membolos , tawuran , drak , mabuk
ü  Lingkungan Keluarga : broken home
  1. Pudarnya Keimanan
Sekuat apapun iman seseorang terkadang mengalami naik turun . Ketika tingkat keimanan seseorang menurun, potensi kesalahan terbuka.
Contoh : para pejabat memiliki landasan agama yang baik , maka apa berani dia memakan uang rakyat ( korupsi ).

Solusi Menangani Rusaknya Moral Remaja
  1. Hindari Salah dalam bergaul ( Pandai – pandai memilih teman )
Karena pergaulan sangat berpengaruh terhadap etika, moral dan akhlak . Dari hal tersebut kepribadian manusia akan terpengaruhi .  Seperti jika orang bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan menjadi baik begitu sebaliknya jika begaul dengan lingkungan yang rusak makan akan menjadi rusak .
  1. Peran Orang tua
Peran orangtua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang .  Terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak kecil  dan memberi perhatian . Karena kurangnya perhatian orangtua juga dapat memberi dampak buruk terhadap sikap anak .
  1. Memperluas Wawasan dan Pengetahuan
Hal ini  sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan , contoh : kebiasaan merokok . Dilihat dari sisi kesehatan kebiasaan merokok dapat menyebabkan banyak penyakit , baik perokok aktif atau pasif. Sehingga dampaknya tidak hanya mempengaruhi diri sendiri namun bisa mempengaruhi oranglain .
  1. Meningkatkan Iman dan Taqwa
Hal ini dapat kita dilakukan dengan cara bersyukur, bersabar, berbagi kebaikan terhadap sesama, mendekatkan diri kepada Tuhan dengan kesadaran dari dalam diri.

D.    ISU ATAU PERMASALAHAN PERKEMBANGAN MORAL REMAJA

Berikut di bawah ini adalah beberapa contoh dari penyimpangan –peyimpangan moral pada remaja yang sering terjadi :
1.      Perkosaan
Perkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan  dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan hukum dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan hukum (Wignjosoebroto, 1997).        
2.      Tawuran
Kekerasan dengan cara tawuran sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis.
3.      Pergaulan Bebas
Dewasa ini pergaulan bebas yang mengarah pada perilaku sex pra nikah (berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di bawah celana, dan melakukan senggama) sudah menjadi sesuatu yang biasa, padahal hal tersebut tidak boleh terjadi (Samino, 2012).
4.      Penggunaan Narkoba
Pengguna narkoba biasanya dimulai dengan coba-coba yang bertujuan sekedar memenuhi rasa ingin tahu remaja, namun sering keinginan untuk mencoba ini menjadi tingkat ketergantungan. Tingkat pengguna narkoba sendiri dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. pemakai coba-coba, pemakaian sosial (hanya untuk bersenang-senang)
b. pemakaian situasional (pemakaian pada saat tegang, sedih, kecewa dan lain-lain),  c. penyalahgunaan (pengunaan yang sudah bersifat patologis)
5.      Mabuk-mabukan
Pergaulan remaja juga berpotensi menimbulkan keresahan sosial karena  tidak sedikit para remaja yang terlibat pergaulan negatif mabuk-mabukan ( meminum minuman keras ).

6.      Mencontek
Menyontek merupakan tindak kecurangan dalam tes, melalui pemanfaatan informasi yang berasal dari luar secara tidak sah (Sujana dan Wulan, 1994).
7.      Membolos
Membolos sekolah adalah perbuatan yang menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang bermanfaat (Mahmudi, 2014)































BAB III. PENUTUP
A.    Kesimpulan
Rusaknya perkembangan moral pada remaja saat ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan  . Istilah moral berasal dari bahasa latin “MOS” (Moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan, atau nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Serta arti moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.  Rusaknya perkembangan moral pada remaja sangat dipengaruhi oleh banyak faktor . Faktor – faktor yang pempengaruhi antara lain munculnya budaya asing di Indonesia , kemajuan teknologi , pengaruh lingungkan  sekitar , dan pudarnya keimanan.  Rusaknya moral perkemangan remaja dapat ditangani dengan berbagai solusi sebagai berikut hindari salah dalam bergaul , peran dari orangtua atau keluarga , memperluas wawasan dan pengetahuan , dan meningkatkan iman . 
Didalam perkembangan remaja terdapat karakteristik atau ciri – ciri yang dapat kita ketahui .Karakterisitik pada perkembangan remaja antaralain meningkatnya kemampuan kognitif dari berpikir kongkrit menjadi kemampuan berpikir abstrak/formal, peningkatan kemampuan berpikir berkaitan dengan peningkatan kemampuan bertingkah laku moral , remaja memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan itu dibuat atas asas persetujuan semua orang yang bersifat ideal yaitu ada 3 yang 1 remaja menyadari bahwa yang disebut benar atau salah itu , yang ke 2 remaja paham tentang peraturan moral atau agama dan sosial , yang ke 3 remaja mengalami konflik tingkah laku moral dengan pikiran moral.
B.     Saran dan Kritik
I.                   Saran
Untuk dapat mempermudah pemahaman pembaca terhadap materi perkembangan moral  ini, pembaca dapat mencari beberapa informasi lain mengenai perkembangan peserta didik dari beberapa sumber kemudian dapat dibandingkan dengan makalah ini.
II.                Kritik
Demi kesempurnaan makalah ini, kami berharap para pembaca makalah  bisa memberikan kritikan agar kami dapat lebih baik lagi untuk membuat makalah Perkembangan Moral Remaja .

DAFTAR PUSTAKA
1.      Remaja dan Masalah – Masalahnya , Prof . Dr . Soerjono Soekanto, S.H. M.A
2.      Teori-teori  Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, Wilian Crain, Edisi ketiga,
Sumber :
http://kontesblogmuslim.com/karya-kbm3-penyimpangan-moral-remaja-penyebab-dan-solusinya/
http://www.dakwatuna.com/2014/02/20/46558/2014-adalah-tahun-penyelamatan-pengguna-narkoba/#ixzz3LOHEU2f7
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/10/13/ndddjo-angka-perkosaan-cenderung-meningkat





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar, saran dan kritik saudara/i yang sangat bermakna. Tuhan memberkati anda