DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING
LANDASAN FILOSOFIS
A.
PENGANTAR
Dalam seluruh aspek kehidupan manusia, manusia dituntut
untuk bertindak secara bijaksana,karena tindakan itu adalah cerminan dari hati
seseorang. Di era globalisasi ini dimanakadang kala kehidupan manusia diwarnai
dengan tindakan yang tidak berperikemanusiaan, baik secara fisik maupun secara
psikologis. Dengan demikian manusia menjadi kehilangan arah dan tujuan
hidupnya. Dengan keadaan manusia yang demikian tentu saja mempunyai efect pada
cara berpikir, cara bertindakan manusia masa kini. Pertanyaannya; Bagaimana
sikap kita (konselor) terhadap hal ini ? Pendekatan filosofis ini yang membantu
manusia masa kini untuk memahami hakikat hidupnya, prinsip hidupnya, tujuan dan
fungsi hidupnya.
Dalam pelayanan Bimbingan dan konseling meliputi
serangkaian kegiatan atau tindakan yang teliti, cermat, dan semua yang
diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Pemikiran dan pemahaman
filosofis menjadi hal yang bermanfaat
bagi pelayanan bimbingan dan konseling
pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya dapat membuat keputusan
yang tepat. Disamping itu pemikiran dan pemahaman landasan filosofis juga
memungkinkan konselor menjadikan hidupnya seimbang, mantap, lebih fasilitatif,
inspiratif dalam penerapan upaya pemberian bantuan (Belkin, 1975). Salah satu dari berbagai masalah filsafat
yang harus dihadapi konselor adalah bagaimana konselor menggunakan landasan
filosofis sehubungan dengan perannya sebagai orang yang membantu konseli dalam
melakukan pilihan. Oleh karena itu seorang konselor perlu memahami pendekatan
filosofis dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Pengkajian landasan
filosofis bimbingan dan konseling ini kami bahas lebih difokuskan pada
pembahasan mengenai; makna, fungsi dan prinsip filosofis Bimbingan dan
Konseling tentang hakikat Manusia; Tujuan, Tugas Manusia dan Implikasinya
terhadap Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
Penyusun
B.
URAIAN
1.
PENGERTIAN, MAKNA, FUNGSI DAN PRINSIP – PRINSIP FILOSOFIS BIMBINGAN DAN
KONSELING
a. Pengertian
Ø Landasan
“Landasan” di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (pusat bahasa diknas.go.id) diartikan
sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Adapun istilah landasan sebagai dasar
dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat
memahami bahwa landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal;
suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat
berdirinya sesuatu hal. Dalam hal ini konselor perlu memiliki landasan
pemikiran yang dalam membantu proses konseling.
Ø Filosofi
Kata
“filosofis/filsafat” berasaldaribahasaYunaniyaitu “Philos” yang berarticintadan
“Shopos” yang
berartikebijaksanaan.Jadifilosofismerupakankecintaanterhadapkebijaksanaan.
Filsafatdalamartipribadisendirimerupakanusahamanusiauntukmemperolehpandangantentangsegala
yang ada.Dengan kata lainfilsafatadalahpemikiran yang sedalam-dalamnya, dan setuntas-tuntasnya.
Ternyatafilsafatjugamempelajaritentangnilaiestetika, etika, logika, metafisika,
dansebagainya.
Ø Makna dan fungsi Filsafat
Makna dan fungsi filsafat dalam kaitanya dengan
layanan bimbingan dan konseling, Prayitno dan Erman Amti (dalam Yusuf, 2010)
mengemukakan pendapat Belkin (1975) yaitu bahwa, “Pelayanan bimbingan dan
konseling meliputi kegiatan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan
tidakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran filsafat tentang
berbagai hal yang tersangkut-paut dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan
bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya, yaitu
membantu konselor dalam memahami situasi konseling dalam mengambil keputusan
yang tepat. Disamping itu pemikiran dan pemahaman filosofis juga memungkinkan
konselor menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap, lebih fasilitatif, serta
lebih efektif dalam penerapan upaya pemberian bantuannya.
b.
Prinsip-prinsip
Filosofis
Prinsip-prinsip filosofis ini merupakan pedoman bagi
seorang konselor untuk memahami seorang konseli. Pada dasarnya manusia memiliki
prinsip-prinsip tersebut, oleh karena itu sebagai seorang konselor perlu memahaminya dalam melakukan
bimbingan.
Ø
Prinsip - prinsip
filosofis menurut para ahli
6 prinsipFilosofis yang
dikutipdaribuku Dr.Zuprulkhan
1.
Memberikanruangkepadarohketakjuban, keingintahuan, ataukeheranan
berkembangdenganbaik.
2.
Mulailahmeragukansegalasesuatu yang tidakmemilikibukti yang
meyakinkanandatentangkebenarantersebut.
3.
Cintailahkebenaran. Filsafatadalahpencarianterhadapkebenaran.
Kesalahandankagagalanakanmembimbingkitamenujukebenaran.
4.
Dugadantolak. Usahakanlahpencarian yang lengkapterhadaptujuan-
tujuan yang mungkin. Saran
Popper Patutumenjadibahanpertimbangan
bahwaberfilsafatmerupakansebuahsistemtentangmenerkadanmenolak.
Mulailahmelihatdariberbagaisudutpandang
yang berbeda.
5.
Perbaikidanbangunkembali. Janganmalumengakuibahwapandangankita
sebelumnyamungkinbanyakkekeliruandankesalahandanmakadariitu
kitaharusberterimakasihkepada
orang-orang yang telahmampumerubah
carapandangkitasecarabijak.Hayatidanamalkanlahkebenarandan
kebaikan.
Izinkanlahkesimpulan-kesimpulan yang kitadapatkansecara
filosofismasukkedalamdiri,
berkembangdanmulaimengamalkansetiap
kebenaran.
Ø
John J.
Pietrofesa et.al. (1980) dalam (Yusuf, 2010) selanjutnya mengemukakan pendapat
James Cribbin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan sebagai berikut
:
a.
Bimbingan
hendaknya didasarkan pada pengakuan akan keilmuan dan harga
diri individu (klien) dan atas hak-haknya untuk
mendapat bantuan.
b.
Bimbingan
merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan. Artinya
bimbingan merupakan bagian integral dalam pendidikan.
Berikut ini adalah beberapa pemikiran para ahli
tentang filosofi yang membantu seorang
konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling sebagai berikut :
a.
HakikatManusia
Menurut teori Charles Darwin,
memberikanpadapemikirandanpemahamanmanusiaadalahevolusibinatang yang
lebihrendah. BerbedadenganpemikiranChareles, tokoh-tokoh lain seperti Mill,
Hegel, Wundt, dan James meninjaukeberadaan manusiadarisegipsikologi.Tokoh-tokohinimelihatdarisudutpandangperikehidupanmanusia,
yang memilikipolaberpikir, persepsi,
dsb.Namunpemahamaninibelumlengkapkarenapemahamanhakikatmanusiatidakbolehpecah-pecah.
1.
Patterson, 1966; Alblaster, danLukes, 19721;
Thompson dan Rudolph, 1983
Ø Manusiaadalahmakhlukrasional yang
mampuberpikirdanmempergunakanilmuuntukmeningkatkanperkembangan
dirinya.
Ø Manusiadapatbelajarmengatasimasalah-masalah
yang dihadapinya, khususnyaapabila iaberusahamemanfaatkankemampuan yang
adapadadirinya.
Ø Manusaberusahaterusuntuk mengembangkandanmenjadikandirinyasendiri,
khususnyamelaluipendidikan.
Ø Manusiadilahirkandenganpotensimenjadibaikdanburukdanhidupberartiberupayauntukmewujudkankebaikandanmenghindarkanataumengontrolkeburukan.
2.
Viktor Frank (dalam Thompson dan Rudolph
1983)
Ø Selainmemilikidefinisifisikdanpsikologis,
manusiajugamemilikidimensi spiritual. Dalam hal ini manusia selalu ada keterikatan
dan dengan yang Ilahi yang
menciptakannya.
Ø Manusiaakanmenjalanitugas-tugaskehidupannyadankebahagiaanmanusiaterwujud
melaluipemenuhantugas-tugaskehidupantersebut.
Ø Manusiaadalahunik,
dalamartibahwamanusiaitumengarahkankehidupannyasendiri-sendiri.
Manusiaadalahbebasmerdekadalamberbagaiketerbatasannya,
untukmembuatpilihan-pilihan yang menyangkutperikehidupannyasendiri.
3.
Virginia Satir (dalamThompsondan Rudolph 1983)
Ø Memandangbahwapadahakikatnyapositif.
Setelahmempelajariribuankeluarga,
Satirberkesimpulanbahwasetiapsaatmanusiaberadadalamkeadaan yang
terbaikuntukmenjadisadardanberkemampuanuntukmelakukansesuatu.
Deskripsitersebuttelahmemberikangambaransecaramendasartentangmanusia,
berikuthallebihlengkapnya:
a.
Manusiaadalahmakhlukdaritinjauan agama,
pengertianinimemberi
pemahamanbahwaiaterikatpadakhaliknya,
penciptanyayaituketerkaitan
menjadidasarmanusiaitusendiri.
b.
Manusiaadalahmakhluktertinggidandiantarasegenapmakhlukciptaan-
Nya.
c.
Keberadaanmanusiadilengkapidengan 4
dimensikemanusiaan yaitu :
Ø Keindividualan
Manusia itu unik yang mampu
Ø kesosialan
Ø kesusilaan
Ø keberagaman
Hakikat
manusia
yang tergambardiatasakanterwujudselamamanusiaituadadarizamankezaman.
b.
TujuandanTugasKehidupan
q TujuanKehidupan
Nalurimanusiamemilikikebutuhanuntukhidupbahagia,
sejahtera, dannyaman,
tetapidapatdikatakanbahwamanusiahanyainginmenikmatikesenangannyasaja,
merekatidakinginmerasakanataumenghindarihal-hal yang merugikandirinya.
q TugasKehidupan
MenurutPrayitnodanErmanAmti(200:10:13)
mengemukakan model
WitnerdanSweetneytentangkebahagiaandankesejahteraanhidupsertaupayamengembangkandanmempertahankannya sepanjanghayat.
Ciri-cirihidupsehatsepanjanghayat itu ditandai dengan 5 kategori tugas kehidupan,yaitu
:
1.
Spiritualitas
Dalamkategoriini,
yang digunakanadalah agama sebagaisumberintidarihidupsehat. Dimensi lain
dariaspekspiritualitasadalah :
(a) kemampuanmemberikanmaknakepadakehidupan.
(b)
optimis.
(c)
diterapkannyanilai-nilaidalamkehidupan.
2.
PengaturanDiri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat dalam diri hidupnya memiliki ciri-ciri:
1. rasa diri berguna
2. pengendalian diri
3. pandangan realistik
4. spontanitas dan kepekaan emosional
5. kemampuan rekayasa intelektual
6. pemecahan masalah
7. kreatifitas
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat dalam diri hidupnya memiliki ciri-ciri:
1. rasa diri berguna
2. pengendalian diri
3. pandangan realistik
4. spontanitas dan kepekaan emosional
5. kemampuan rekayasa intelektual
6. pemecahan masalah
7. kreatifitas
8. kemampuan berhumor
9. kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat
9. kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat
3.
Bekerja
Dengan bekerja seseorang akan memperoleh keuntungan ekonomis; misalnya terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan. Keuntungan psikologis seperti rasa percaya diri, rasa nyaman dan perwujudan diri. Keuntungan sosial seperti status dan persahabatan.
Dengan bekerja seseorang akan memperoleh keuntungan ekonomis; misalnya terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan. Keuntungan psikologis seperti rasa percaya diri, rasa nyaman dan perwujudan diri. Keuntungan sosial seperti status dan persahabatan.
4.
Persahabatan
Persahabatan merupakan
hubungan sosial baik antar individu maupun dalam masyarakat. Secara lebih luas,
yang tidak dapat melibatkan unsur-unsur perkawinan dan keterikatan ekonomis.
Persahabatan ini memeberikan 3 keutamaan kepada hidup yang sehat yaitu:
1. Dukungan emosional
2. Dukungan material
3. Dukungan informasi
1. Dukungan emosional
2. Dukungan material
3. Dukungan informasi
5.
Cinta
Dengan cinta hubungan seseorang dengan orang lain cenderung menjadi amat intim saling mempercayai saling kerjasama dan saling memberikan komitmen yang kuat menurut penelitian Flanagan (1978) menemukan bahwa pasangan hidup suami istri , anak, dan teman merupakan 3 pilar paling utama bagi keseluruhan penciptaan kebahagiaan manusia.
Perkawinan dan persahabatan secara signifikan berkonstribusi kepada kebahagiaan hidup.
Dengan cinta hubungan seseorang dengan orang lain cenderung menjadi amat intim saling mempercayai saling kerjasama dan saling memberikan komitmen yang kuat menurut penelitian Flanagan (1978) menemukan bahwa pasangan hidup suami istri , anak, dan teman merupakan 3 pilar paling utama bagi keseluruhan penciptaan kebahagiaan manusia.
Perkawinan dan persahabatan secara signifikan berkonstribusi kepada kebahagiaan hidup.
C.
PENUTUP
Dari pembahasan yang diuraikan dapat
ditarik kesimpulan bahwa landasan filosofis memberikan pemikiran-pemikiran
tentang hakikat dan tujuan hidup manusia untuk menemukan hakikat manusia secara
utuh mengingat bimbingan konseling akan selalu berkaitan dengan manusia sebagai
objeknya.
Pemikiran tentang Prinsip-prinsip
filosofis, hakikat manusia, Tujuan dan
Tugas kehidupan manusia diharapkan akan
memberikan makna positif terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling,
yakni konselor akan memiliki pedoman yang akurat dalam melaksanakan layanan
bimbingan, konseling dilaksanakan dan diarahkan sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan manusia.
D.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Prayitno.
Ms. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar – dasar Bimbingan dan Konseling,
PT.MAHASATYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar, saran dan kritik saudara/i yang sangat bermakna. Tuhan memberkati anda