Sabtu, 19 Maret 2016

LANDASAN RELIGIUS



DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

PEMBAHASAN

A.  LANDASAN  RELIGIUS  DALAM  BIMBINGAN  DAN  KONSELING
 Landasan Religius
Agama (Religion) berasal dari kata Latin “religio”, berarti “tie-up”. Dalam bahasa Inggris, Religion dapat diartikan “having engaged ‘God’ atau ‘The Sacred Power’.
Secara umum di Indonesia, Agama dipahami sebagai sistem kepercayaan, tingkah laku, nilai, pengalaman dan yang terinstitusionalisasi, diorientasikan kepada masalah spiritual/ritual yang diterapkan dalam sebuah komunitas dan diwariskan antar generasi dalam tradisi.
            Ditegaskan pula oleh Moh. Surya (2006) bahwa salah satu tren bimbingan dan konseling saat ini adalah bimbingan dan konseling spiritual. Berangkat dari kehidupan modern dengan kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami bangsa-bangsa Barat yang ternyata telah menimbulkan berbagai suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan berkembangnya rasa kehampaan. Dewasa ini sedang berkembang kecenderungan untuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai spiritual. Kondisi ini telah mendorong kecenderungan berkembangnya bimbingan dan konseling yang berlandaskan spiritual atau religi.
Melalui pendekatan agama seorang konselor akan mampu mengatasi permasalahan apapun yang dihadapi klien/siswanya. Karena agama mengatur segala kehidupan manusia, seperti mengatur bagaimana supaya hidup dalam ketentraman batin/jiwa atau dengan kata lain bahagia di dunia dan akherat.
Pemahaman agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua aspek penting yaitu :

Ø  Aspek pertama dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian.
Ø  Aspek kedua dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada pikiran atau pengajaran agama itu sendiri.

Ada beberapa peran agama dalam kesehatan mental, antara lain :
1. Dengan agama dapat memberikan bimbingan dalam hidup
2.  Aturan agama dapat menentramkan batin.
3.  Ajaran agama sebagai penolong dalam kebahagiaan hidup
4. Ajaran agama sebagai pengendali moral
5. Agama dapat menjadi terapi jiwa
6. Agama sebagai pembinaan mental


Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok :
  1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tidak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.

2.       Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.

3.   Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri, sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan.
Agama sebagai pedoman hidup  memiliki fungsi :
a. Memelihara fitrah
b. Memelihara jiwa
c. Memelihara akal
d. Memelihara keturunan

TERAPI KEJIWAAN DENGAN PENDEKATAN AGAMA DAN KAITANNYA DALAM BIMBINGAN KONSELING

Pada diri counselee juga ada benih-benih agama, sehingga untuk mengatasi masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian pembimbing dan konselor dapat mengarahkan individu (counselee) kearah agamanya.              
Salah satu akibat terjadinya gangguan jiwa adalah ketidakberhasilan seseorang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan primer (jasmaniah) maupun rohaniah (psikis dan sosial). Hal ini menimbulkan perasaan gelisah dan terganggunya kestabilan emosi seseorang.
Kesehatan mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman, dan tentram. Upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara Resignasi. Para ahli jiwa (Psikolog) mengakui, bahwa taubat merupakan sarana pengobatan gangguan kejiwaan yang jitu. Karena ada sebagian orang yang dihinggapi Maniac Depresive, yang disebabkan karena adanya perasaan bersalah.
           
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan. Landasan agama dalam bimbingan dan koseling merupakan dasar pijakan yang paling penting yang harus dipahami secara menyeluruh dan komprehensif bagi seorang konselor. Karena konselor tidak hanya sekedar menuangkan pengetahuan ke otak saja atau pengarahan kecakapannya saja tetapi agama penting untuk menumbuhkembangkan moral, tingkah laku, serta sikap siswa yang sesuai dengan ajaran agamanya. Oleh karena itu disinilah posisi keagamaan menjadi semakin penting untuk mengatasi kegelisahan-kegelisahan jiwa yang dialami setiap manusia.
Landasan agama harus diupayakan seoptimal mungkin dalam pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah. Konselor haruslah senantiasa berpijak pada landasan agama dan memberikan siraman rohani pada siswa-siswanya agar siswa tersebut memperoleh pengetahuan yang cukup sehingga menjadi suatu bekal serta menjadikan jiwa-jiwa yang kuat ketika menghadapi permasalahan kelak. Demikianlah makalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua, amin.


B.     SARAN

Dalam proses Bimbingan Konseling, diperlukan yang namanya landasan religius. karena dalam setiap pemecahan masalah, landasan religius merupakan suatu pedoman dalam mengatasi masalah kliennya atau individu.

SUMBER BIMBINGAN DAN KONSELING TERBARU: LANDASAN FILOSOFIS

SUMBER BIMBINGAN DAN KONSELING TERBARU: LANDASAN FILOSOFIS

LANDASAN FILOSOFIS



DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING
 
LANDASAN FILOSOFIS
A.     PENGANTAR
Dalam seluruh aspek kehidupan manusia, manusia dituntut untuk bertindak secara bijaksana,karena tindakan itu adalah cerminan dari hati seseorang. Di era globalisasi ini dimanakadang kala kehidupan manusia diwarnai dengan tindakan yang tidak berperikemanusiaan, baik secara fisik maupun secara psikologis. Dengan demikian manusia menjadi kehilangan arah dan tujuan hidupnya. Dengan keadaan manusia yang demikian tentu saja mempunyai efect pada cara berpikir, cara bertindakan manusia masa kini. Pertanyaannya; Bagaimana sikap kita (konselor) terhadap hal ini ? Pendekatan filosofis ini yang membantu manusia masa kini untuk memahami hakikat hidupnya, prinsip hidupnya, tujuan dan fungsi hidupnya.
Dalam pelayanan Bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiatan atau tindakan yang teliti, cermat, dan semua yang diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Pemikiran dan pemahaman filosofis  menjadi hal yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling   pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya dapat membuat keputusan yang tepat. Disamping itu pemikiran dan pemahaman landasan filosofis juga memungkinkan konselor menjadikan hidupnya seimbang, mantap, lebih fasilitatif, inspiratif dalam penerapan upaya pemberian bantuan (Belkin, 1975).  Salah satu dari berbagai masalah filsafat yang harus dihadapi konselor adalah bagaimana konselor menggunakan landasan filosofis sehubungan dengan perannya sebagai orang yang membantu konseli dalam melakukan pilihan. Oleh karena itu seorang konselor perlu memahami pendekatan filosofis dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Pengkajian landasan filosofis bimbingan dan konseling ini kami bahas lebih difokuskan pada pembahasan mengenai; makna, fungsi dan prinsip filosofis Bimbingan dan Konseling tentang hakikat Manusia; Tujuan, Tugas Manusia dan Implikasinya terhadap Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
Penyusun





B.      URAIAN
1.      PENGERTIAN, MAKNA, FUNGSI DAN PRINSIP – PRINSIP FILOSOFIS BIMBINGAN DAN KONSELING

a.       Pengertian
Ø  Landasan
“Landasan” di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (pusat bahasa diknas.go.id) diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Adapun istilah landasan sebagai dasar dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal. Dalam hal ini konselor perlu memiliki landasan pemikiran yang dalam membantu proses konseling.
Ø  Filosofi
Kata “filosofis/filsafat” berasaldaribahasaYunaniyaitu “Philos” yang berarticintadan “Shopos” yang berartikebijaksanaan.Jadifilosofismerupakankecintaanterhadapkebijaksanaan.
Filsafatdalamartipribadisendirimerupakanusahamanusiauntukmemperolehpandangantentangsegala yang ada.Dengan kata lainfilsafatadalahpemikiran yang sedalam-dalamnya, dan setuntas-tuntasnya. Ternyatafilsafatjugamempelajaritentangnilaiestetika, etika, logika, metafisika, dansebagainya.

Ø  Makna dan fungsi Filsafat
Makna dan fungsi filsafat dalam kaitanya dengan layanan bimbingan dan konseling, Prayitno dan Erman Amti (dalam Yusuf, 2010) mengemukakan pendapat Belkin (1975) yaitu bahwa, “Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tidakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran filsafat tentang berbagai hal yang tersangkut-paut dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dalam mengambil keputusan yang tepat. Disamping itu pemikiran dan pemahaman filosofis juga memungkinkan konselor menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap, lebih fasilitatif, serta lebih efektif dalam penerapan upaya pemberian bantuannya.



b.      Prinsip-prinsip Filosofis
Prinsip-prinsip filosofis ini merupakan pedoman bagi seorang konselor untuk memahami seorang konseli. Pada dasarnya manusia memiliki prinsip-prinsip tersebut, oleh karena itu sebagai seorang  konselor perlu memahaminya dalam melakukan bimbingan.

Ø  Prinsip - prinsip filosofis menurut para ahli
6 prinsipFilosofis yang dikutipdaribuku Dr.Zuprulkhan
1.          Memberikanruangkepadarohketakjuban, keingintahuan, ataukeheranan
berkembangdenganbaik.
2.          Mulailahmeragukansegalasesuatu yang tidakmemilikibukti yang
meyakinkanandatentangkebenarantersebut.
3.           Cintailahkebenaran. Filsafatadalahpencarianterhadapkebenaran.
Kesalahandankagagalanakanmembimbingkitamenujukebenaran.
4.          Dugadantolak. Usahakanlahpencarian yang lengkapterhadaptujuan-
tujuan yang mungkin. Saran Popper Patutumenjadibahanpertimbangan
bahwaberfilsafatmerupakansebuahsistemtentangmenerkadanmenolak.
Mulailahmelihatdariberbagaisudutpandang yang berbeda.
5.          Perbaikidanbangunkembali. Janganmalumengakuibahwapandangankita
sebelumnyamungkinbanyakkekeliruandankesalahandanmakadariitu
kitaharusberterimakasihkepada orang-orang yang telahmampumerubah
carapandangkitasecarabijak.Hayatidanamalkanlahkebenarandan
kebaikan. Izinkanlahkesimpulan-kesimpulan yang kitadapatkansecara
filosofismasukkedalamdiri, berkembangdanmulaimengamalkansetiap
kebenaran.
Ø  John J. Pietrofesa et.al. (1980) dalam (Yusuf, 2010) selanjutnya mengemukakan pendapat James Cribbin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan sebagai berikut :
a.       Bimbingan hendaknya didasarkan pada pengakuan akan keilmuan dan harga
diri individu (klien) dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.
b.      Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan. Artinya
bimbingan merupakan bagian integral dalam pendidikan.

Berikut ini adalah beberapa pemikiran para ahli tentang filosofi  yang membantu seorang konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling sebagai berikut :
a.       HakikatManusia



Menurut teori Charles Darwin, memberikanpadapemikirandanpemahamanmanusiaadalahevolusibinatang yang lebihrendah. BerbedadenganpemikiranChareles, tokoh-tokoh lain seperti Mill, Hegel, Wundt, dan James meninjaukeberadaan manusiadarisegipsikologi.Tokoh-tokohinimelihatdarisudutpandangperikehidupanmanusia, yang memilikipolaberpikir, persepsi, dsb.Namunpemahamaninibelumlengkapkarenapemahamanhakikatmanusiatidakbolehpecah-pecah.
1.      Patterson, 1966; Alblaster, danLukes, 19721; Thompson dan Rudolph, 1983
Ø  Manusiaadalahmakhlukrasional  yang mampuberpikirdanmempergunakanilmuuntukmeningkatkanperkembangan dirinya.

Ø  Manusiadapatbelajarmengatasimasalah-masalah yang dihadapinya, khususnyaapabila iaberusahamemanfaatkankemampuan yang adapadadirinya.
Ø  Manusaberusahaterusuntuk mengembangkandanmenjadikandirinyasendiri, khususnyamelaluipendidikan.
Ø  Manusiadilahirkandenganpotensimenjadibaikdanburukdanhidupberartiberupayauntukmewujudkankebaikandanmenghindarkanataumengontrolkeburukan.
2.      Viktor Frank (dalam Thompson  dan   Rudolph 1983)
Ø  Selainmemilikidefinisifisikdanpsikologis, manusiajugamemilikidimensi spiritual. Dalam hal ini manusia selalu ada keterikatan dan  dengan yang Ilahi yang menciptakannya.
Ø  Manusiaakanmenjalanitugas-tugaskehidupannyadankebahagiaanmanusiaterwujud melaluipemenuhantugas-tugaskehidupantersebut.
Ø  Manusiaadalahunik, dalamartibahwamanusiaitumengarahkankehidupannyasendiri-sendiri. Manusiaadalahbebasmerdekadalamberbagaiketerbatasannya, untukmembuatpilihan-pilihan yang menyangkutperikehidupannyasendiri.
3.      Virginia Satir (dalamThompsondan Rudolph 1983)
Ø  Memandangbahwapadahakikatnyapositif. Setelahmempelajariribuankeluarga, Satirberkesimpulanbahwasetiapsaatmanusiaberadadalamkeadaan yang terbaikuntukmenjadisadardanberkemampuanuntukmelakukansesuatu.
Deskripsitersebuttelahmemberikangambaransecaramendasartentangmanusia, berikuthallebihlengkapnya:
a.     Manusiaadalahmakhlukdaritinjauan agama, pengertianinimemberi
pemahamanbahwaiaterikatpadakhaliknya, penciptanyayaituketerkaitan
menjadidasarmanusiaitusendiri.            

b.     Manusiaadalahmakhluktertinggidandiantarasegenapmakhlukciptaan-
Nya.
c.      Keberadaanmanusiadilengkapidengan 4 dimensikemanusiaan yaitu :
Ø  Keindividualan
Manusia itu unik yang mampu
Ø  kesosialan
Ø  kesusilaan
Ø  keberagaman
Hakikat manusia yang tergambardiatasakanterwujudselamamanusiaituadadarizamankezaman.
b.      TujuandanTugasKehidupan
q    TujuanKehidupan
Nalurimanusiamemilikikebutuhanuntukhidupbahagia, sejahtera, dannyaman, tetapidapatdikatakanbahwamanusiahanyainginmenikmatikesenangannyasaja, merekatidakinginmerasakanataumenghindarihal-hal yang merugikandirinya.
q    TugasKehidupan
MenurutPrayitnodanErmanAmti(200:10:13) mengemukakan model WitnerdanSweetneytentangkebahagiaandankesejahteraanhidupsertaupayamengembangkandanmempertahankannya sepanjanghayat. Ciri-cirihidupsehatsepanjanghayat itu ditandai dengan 5 kategori tugas kehidupan,yaitu :
1.      Spiritualitas
Dalamkategoriini, yang digunakanadalah agama sebagaisumberintidarihidupsehat. Dimensi lain dariaspekspiritualitasadalah :
(a) kemampuanmemberikanmaknakepadakehidupan.
(b) optimis.
(c) diterapkannyanilai-nilaidalamkehidupan.
2.      PengaturanDiri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat dalam diri hidupnya memiliki ciri-ciri:
1. rasa diri berguna
2. pengendalian diri
3. pandangan realistik
4. spontanitas dan kepekaan emosional
5. kemampuan rekayasa intelektual
6. pemecahan masalah
7. kreatifitas
8. kemampuan berhumor
9. kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat


3.      Bekerja
Dengan bekerja seseorang akan memperoleh keuntungan ekonomis; misalnya terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan. Keuntungan psikologis seperti rasa percaya diri, rasa nyaman dan perwujudan diri. Keuntungan sosial seperti  status dan persahabatan.
4.      Persahabatan
Persahabatan merupakan hubungan sosial baik antar individu maupun dalam masyarakat. Secara lebih luas, yang tidak dapat melibatkan unsur-unsur perkawinan dan keterikatan ekonomis. Persahabatan ini memeberikan 3 keutamaan kepada hidup yang sehat yaitu:
1. Dukungan emosional
2. Dukungan material
3. Dukungan informasi
5.      Cinta
Dengan cinta hubungan seseorang dengan orang lain cenderung menjadi amat intim saling mempercayai saling kerjasama dan saling memberikan komitmen yang kuat menurut penelitian Flanagan (1978) menemukan bahwa pasangan hidup suami istri , anak, dan teman merupakan 3 pilar paling utama bagi keseluruhan penciptaan kebahagiaan manusia.
Perkawinan dan persahabatan secara signifikan berkonstribusi kepada kebahagiaan hidup.

C.      PENUTUP
Dari pembahasan yang diuraikan dapat ditarik kesimpulan bahwa landasan filosofis memberikan pemikiran-pemikiran tentang hakikat dan tujuan hidup manusia untuk menemukan hakikat manusia secara utuh mengingat bimbingan konseling akan selalu berkaitan dengan manusia sebagai objeknya.
Pemikiran tentang Prinsip-prinsip filosofis,  hakikat manusia, Tujuan dan Tugas kehidupan manusia diharapkan akan  memberikan makna positif terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling, yakni konselor akan memiliki pedoman yang akurat dalam melaksanakan layanan bimbingan, konseling dilaksanakan dan diarahkan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan manusia.

D.     DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Prayitno. Ms. Ed  dan Drs. Erman Amti, Dasar – dasar Bimbingan dan Konseling, PT.MAHASATYA